
Demo di DPR: “Indonesia Sold Out” dan Bendera One Piece Jadi Simbol Protes
suluhnusantara.org – Aksi unjuk rasa di gedung DPR RI belakangan menarik perhatian karena massa membawa spanduk bertuliskan “Indonesia Sold Out” dan bahkan mengibarkan bendera One Piece—ikon budaya pop Jepang—sebagai bentuk ekspresi protes terhadap kebijakan pemerintah. Penggunaan simbol ini ramai dibicarakan sebagai cara kreatif agar pesan protes lebih relevan dan viral di media sosial.
Menurut laporan dari Wikipedia, fenomena pengibaran bendera Jolly Roger (logo bajak laut One Piece) mulai muncul saat aksi sopir truk menolak menaikkan tarif pajak dan kebijakan ODOL di Jawa, sekitar awal Agustus 2025. Simbol tersebut kemudian merembet ke demo di Jakarta sebagai tanda ketidakpuasan terhadap kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.
Meskipun kontroversial—ada pejabat MPR dan DPR yang menyebutnya sebagai “ancaman persatuan nasional” atau bentuk pengkhianatan—bagi sebagian pengunjuk rasa, simbol ini murni representasi kemarahan kreatif terhadap pemerintah yang dianggap mengeksploitasi negara untuk kepentingan sempit.
Makna “Indonesia Sold Out” dalam Aksi Protes
1. Ekspresi Ketidakpuasan atas Kebijakan Publik
Frasa “Indonesia Sold Out” merefleksikan frustrasi massa terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa tidak berpihak ke rakyat. Banyak menganggap pengelolaan sumber daya dan program prioritas negara sudah “dijual” tanpa memperhatikan kebutuhan rakyat kecil.
2. Simbolisasi Kehilangan Kedaulatan
Melihat negara “terjual”, artinya mencerminkan hilangnya kontrol publik atas aset, kebijakan, ataupun anggaran yang seharusnya memperkuat kesejahteraan. Spanduk ini jadi pesan visual yang kuat di tengah rumah rakyat, DPR.
3. Viral dan Menarik Perhatian Media Sosial
Penggunaan bahasa Inggris slang serta visual simbolik membuat spanduk ini mudah viral. Demo jadi diperbincangkan luas karena menegaskan opini bahwa pemerintah mengabaikan rakyat demi kepentingan tertentu.
Reaksi Pemerintah dan Seruan dari Tokoh Nasional
Pemerintah dan beberapa tokoh menanggapi aksi ini dengan serius. Beberapa pejabat menganggap bendera One Piece sudah melewati batas sebagai simbol “penghinaan negara”, bahkan ada yang menyebutnya upaya provokasi. Namun tidak semuanya setuju: sebagian melihatnya sebagai bagian dari kebebasan berpendapat dalam demokrasi.
Wakil Ketua MPR menyebut bahwa ekspresi kreatif bisa diterima asalkan hati tetap merah putih, menegaskan bahwa meski simbolnya unik, niatnya tetap cinta Tanah Air.
Respons publik juga terbagi. Ada yang menganggap ini bentuk kesadaran kritis, tapi tidak sedikit yang merasa aksi terlalu berlebihan karena mencampurkan budaya pop dengan protes politik.
Sejarah Singkat Simbol One Piece dalam Protes Indonesia
Aksi pertama yang mencatat penggunaan bendera One Piece terjadi di Pati, Jawa Tengah, saat sopir truk memprotes kebijakan ODOL—mereka enggan kibarkan Merah Putih dan malah memilih simbol bajak laut untuk mengekspresikan ketidakpercayaan politik. Aksi ini jadi cikal bakal tren simbolik yang kemudian menyebar luas.
Dalam beberapa kasus lain, terutama demo mahasiswa dan pekerja, simbol ini digunakan untuk menyindir sistem dan memperlihatkan bahwa rakyat merasa dijauhi dari proses pengambilan keputusan.
Penutup
Kesimpulan: Demo di DPR dan Simbol “Indonesia Sold Out” Bendera One Piece
Demo di DPR semakin menarik perhatian publik karena membawa spanduk “Indonesia Sold Out” dan bendera One Piece—simbol kuat kritik kreatif yang mencerminkan sinyal kegelisahan sosial terhadap kebijakan pemerintah. Meskipun dilihat provokatif oleh sebagian pihak, gerakan ini juga menunjukkan bagaimana budaya pop bisa disulap jadi bentuk perlawanan politik yang viral.
Harapan akan Protes Kritis Tapi Konstruktif
Ke depan, semoga tokoh masyarakat, pemerintah, dan DPR bisa menyikapi protes dengan kepala dingin dan membuka ruang dialog konstruktif. Pesan simbolik seperti ini penting ditarik ke diskusi kebijakan—agar ketidakpuasan rakyat bisa diterjemahkan jadi perubahan yang nyata, bukan hanya aksi heboh.