
Peri Sandria Kenang Cerita Manis Bersama IGK Manila, Ikon Masa Kejayaan Sepak Bola Indonesia
suluhnusantara.org – Jakarta, 18 Agustus 2025 – Nama Peri Sandria tentu tak asing bagi penggemar sepak bola Indonesia, terutama generasi yang tumbuh di era 90-an. Penyerang tajam yang pernah jadi top skorer Liga Indonesia ini baru-baru ini membagikan kenangan manisnya bersama tokoh legendaris, almarhum IGK Manila, yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI dan jadi bagian penting dalam sejarah perjalanan karier Peri.
Dalam sebuah wawancara eksklusif, Peri Sandria menceritakan masa-masa emas sepak bola nasional saat masih dibina oleh tangan dingin IGK Manila. Baginya, sosok IGK bukan hanya seorang administrator, tapi juga figur yang peduli dan mengerti bagaimana memajukan sepak bola dari hati.
Masa Kejayaan yang Tak Terlupakan: Peri Sandria dan Peran IGK Manila
Era 90-an bisa dibilang sebagai salah satu fase paling menggairahkan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Kompetisi Liga Indonesia masih muda, gairah stadion selalu membara, dan pemain-pemain lokal jadi idola sejati. Di tengah kondisi itulah, nama Peri Sandria bersinar terang. Namun menurutnya, semua itu tak akan berjalan tanpa adanya manajemen dan struktur yang mendukung, dan IGK Manila adalah salah satu tokoh kunci di balik layar yang jarang terlihat.
Peri menyebut, IGK Manila adalah sosok yang sangat tegas namun adil. Saat menjadi Ketua Umum PSSI, dia berani mengambil keputusan-keputusan besar yang kadang kontroversial, namun terbukti membawa hasil. “Pak IGK itu orangnya visioner. Dia tahu apa yang harus dibenahi, bukan cuma di level atas, tapi sampai ke pembinaan usia dini,” kata Peri mengenang.
Salah satu hal yang paling dikenang oleh Peri adalah bagaimana IGK Manila selalu hadir langsung di lapangan, menyaksikan pertandingan, dan bahkan berdiskusi dengan pemain. Bagi Peri, itu bukan cuma bentuk dukungan moral, tapi juga bukti bahwa sepak bola dikelola dengan hati. Ini yang menurutnya jarang terlihat di era sekarang.
Ketika Sepak Bola Masih Penuh Gairah: Semangat Era 90-an
Menurut Peri Sandria, suasana sepak bola Indonesia pada masa itu benar-benar berbeda. Suporter datang dari berbagai penjuru, stadion selalu penuh, dan persaingan antar klub sangat ketat. Tapi yang membuat semuanya terasa spesial adalah adanya semangat kebersamaan, mulai dari pemain, pelatih, hingga pengurus federasi.
Peri menambahkan bahwa IGK Manila punya peran besar dalam menjaga ekosistem tersebut tetap sehat. Salah satu contoh yang disebutkan adalah komitmen IGK untuk memperjuangkan hak-hak pemain, termasuk soal kontrak, fasilitas, dan jaminan kesehatan. Bahkan, pada saat ada konflik internal di federasi, IGK Manila dikenal sebagai jembatan yang mencoba meredakan tensi, bukan memperkeruh suasana.
“Beliau sangat concern soal mentalitas pemain. Kita nggak cuma dituntut main bagus, tapi juga punya attitude yang baik. Dia sering bilang, kalau sepak bola itu bukan cuma soal bola, tapi juga karakter,” ujar Peri sambil tersenyum.
Cerita-cerita semacam ini yang kini mulai langka terdengar dari dunia sepak bola Indonesia. Banyak yang merindukan masa-masa ketika federasi benar-benar berpihak pada pemain dan kemajuan olahraga, bukan sekadar politik kekuasaan.
IGK Manila di Mata Peri Sandria: Pemimpin yang Tegas dan Visioner
Dalam penuturannya, Peri menyebut bahwa IGK Manila adalah figur pemimpin yang tidak banyak basa-basi. Ia dikenal lugas, langsung pada pokok masalah, tapi selalu dengan niat baik. Banyak keputusan strategis yang diambil IGK justru menjadi fondasi penting bagi transformasi sepak bola nasional, termasuk sistem kompetisi dan regulasi pemain asing.
Salah satu kenangan yang paling membekas bagi Peri adalah ketika dirinya hampir gagal tampil di turnamen penting karena cedera. Menurutnya, IGK secara pribadi datang mengunjungi dan memberikan semangat. “Itu luar biasa. Beliau tahu saya sedang drop, tapi dia datang bukan sebagai ketua umum, tapi seperti seorang ayah. Itu momen yang nggak bisa saya lupakan seumur hidup,” kenang Peri dengan nada haru.
IGK juga dikenal sangat terbuka terhadap kritik. Dia tidak segan duduk bersama pemain senior, mendengarkan masukan, dan memperbaiki sistem. Menurut Peri, ini hal yang sangat jarang ditemukan di zaman sekarang, ketika komunikasi antara federasi dan pemain terasa sangat berjarak.
Warisan yang Ditinggalkan: Sepak Bola dengan Nilai
Kalau bicara soal IGK Manila, Peri Sandria tak pernah lupa menyebut tentang nilai-nilai yang ditanamkan olehnya. Menurutnya, IGK bukan cuma bicara soal prestasi, tapi juga tentang bagaimana menjadikan sepak bola sebagai alat pemersatu bangsa.
“Pak IGK selalu bilang bahwa bola itu harus jadi alat pendidikan juga. Bukan cuma tentang menang dan kalah, tapi bagaimana kita membentuk manusia yang kuat secara mental dan sosial,” ucap Peri.
Nilai-nilai seperti sportivitas, kerja keras, disiplin, dan cinta tanah air adalah hal yang selalu ditekankan IGK kepada pemain. Bagi Peri, inilah yang membuat generasi mereka bisa bertahan dan dikenang hingga sekarang. “Kami bukan generasi yang sempurna, tapi kami tumbuh dalam sistem yang punya nilai kuat, dan itu karena pemimpin seperti IGK Manila,” katanya.