
Ketua DPR Puan Maharani saat hendak melayat ke rumah duka Affan Kurniawan, pengemudi ojek daring yang tewas dilindas kendaraan rantis Brimob, di Jakarta, Sabtu (30/8/2025).
Puan Kembali Minta Maaf: Kinerja DPR yang Belum Optimal dan Janji Evaluasi
suluhnusantara.org – Puan Maharani, Ketua DPR RI, baru-baru ini membuat pernyataan yang menarik perhatian publik terkait dengan kinerja lembaga legislatif yang dipimpinnya. Dalam sebuah kesempatan, Puan kembali mengungkapkan permintaan maaf atas ketidakoptimalan kinerja DPR yang dinilai masih banyak kekurangan. Pernyataan ini keluar setelah banyak pihak mengkritik DPR yang dinilai kurang bekerja maksimal dalam menyelesaikan berbagai isu yang sedang berkembang di masyarakat.
Dalam pidatonya, Puan menekankan bahwa evaluasi terhadap kinerja DPR akan dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan bahwa lembaga legislatif ini dapat lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan rakyat. Puan juga mengungkapkan bahwa ada komitmen dari pihak DPR untuk melakukan perbaikan agar ke depan, proses legislasi dapat berjalan lebih transparan dan efisien.
Pernyataan tersebut datang setelah kritik pedas dari masyarakat terkait dengan beberapa kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat, serta lambannya respons DPR terhadap berbagai isu penting, seperti reformasi ekonomi, perbaikan sistem kesehatan, hingga penyelesaian masalah sosial yang terus berkembang.
Kritik Terhadap Kinerja DPR: Apa yang Jadi Penyebab?
Kinerja DPR memang sering menjadi sorotan tajam, terutama ketika negara sedang menghadapi situasi krisis atau masalah besar yang membutuhkan tindak cepat dari lembaga legislatif. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpuasan masyarakat terhadap DPR antara lain:
1. Lambannya Penyelesaian RUU Penting
Salah satu kritik utama terhadap DPR adalah lambannya penyelesaian beberapa Rancangan Undang-Undang (RUU) yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Banyak RUU yang telah dibahas di tingkat awal, namun prosesnya terhenti di tengah jalan. RUU seperti Omnibus Law, yang seharusnya menjadi salah satu program prioritas pemerintah, bahkan sempat terhenti karena masalah internal di DPR, meskipun akhirnya disahkan.
Masyarakat pun menganggap bahwa proses legislasi yang lambat ini sangat merugikan, mengingat Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan besar, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Proses panjang yang membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun menjadi alasan utama kenapa masyarakat merasa DPR tidak bekerja dengan baik.
2. Kurangnya Komunikasi dengan Rakyat
Selain lambannya pengesahan RUU, DPR juga dianggap kurang mendengarkan aspirasi rakyat. Proses legislasi yang terkesan tertutup dan kurangnya transparansi menjadi salah satu kritik yang cukup tajam. Banyak pihak merasa bahwa keputusan yang diambil oleh DPR tidak cukup mewakili suara masyarakat, terutama ketika terkait dengan kebijakan yang menyentuh langsung kehidupan sehari-hari, seperti pajak, subsidi bahan bakar, dan kesejahteraan sosial.
Komunikasi dua arah antara DPR dan masyarakat perlu ditingkatkan agar keputusan legislasi bisa lebih diterima dan dipahami oleh rakyat.
3. Keterlibatan Anggota DPR dalam Kontroversi dan Skandal
Skandal dan kontroversi yang melibatkan anggota DPR juga turut memperburuk citra lembaga legislatif ini. Beberapa anggota DPR terlibat dalam kasus korupsi, penyalahgunaan wewenang, atau skandal pribadi yang mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap institusi ini. Hal ini tentu saja membuat citra DPR semakin buruk di mata rakyat.
Evaluasi dan Janji Puan: Apa yang Harus Dilakukan DPR?
Setelah mendapatkan banyak kritik, Puan Maharani sebagai Ketua DPR mengungkapkan bahwa pihaknya akan segera evaluasi dan melakukan perbaikan dalam kinerja lembaga legislatif ini. Evaluasi tersebut akan melibatkan seluruh pihak, baik dari internal DPR, pemerintahan, maupun masyarakat untuk melihat secara jujur apa saja yang menjadi kekurangan dan masalah yang perlu diperbaiki. Beberapa langkah yang dikemukakan dalam rencana evaluasi ini adalah:
1. Peningkatan Efektivitas Kerja DPR
Puan menyadari bahwa salah satu kekurangan utama DPR adalah lambannya proses legislasi. Oleh karena itu, DPR berjanji untuk mempercepat proses pembahasan RUU yang sudah mengendap lama. Para anggota DPR juga diimbau untuk lebih fokus dan disiplin dalam menghadiri sidang, sehingga tidak ada lagi alasan tertundanya penyelesaian legislasi yang sudah lama dibahas.
Selain itu, peningkatan kualitas kerja anggota DPR juga menjadi sorotan utama. Puan berharap agar anggota DPR lebih terfokus pada tugas utama mereka, yaitu mewakili rakyat, bukan terlibat dalam kegiatan yang tidak relevan dengan tugas legislatif.
2. Peningkatan Komunikasi dengan Masyarakat
Salah satu faktor yang akan dievaluasi adalah kurangnya komunikasi antara DPR dan masyarakat. Puan berjanji akan membuka saluran komunikasi yang lebih terbuka dengan rakyat, termasuk menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dalam setiap kebijakan yang diambil oleh DPR. Salah satunya adalah dengan memperbanyak sosialisasi terkait pembahasan RUU dan penyuluhan terkait kebijakan yang sedang diproses.
Selain itu, DPR juga akan lebih banyak melibatkan publik dalam diskusi terbuka dan musyawarah yang melibatkan berbagai stakeholder, seperti masyarakat sipil, lembaga swadaya masyarakat, dan tokoh masyarakat.
3. Pemberantasan Korupsi di DPR
Puan menegaskan bahwa pemberantasan korupsi di DPR akan menjadi salah satu prioritas utama dalam evaluasi ini. DPR akan memperkuat sistem pengawasan internal dan bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memastikan tidak ada anggota DPR yang terlibat dalam tindakan yang merugikan negara dan rakyat. Salah satu cara untuk mewujudkan ini adalah dengan memperketat aturan yang mengatur perilaku dan kegiatan anggota DPR di luar tugas legislatif.
Reaksi Masyarakat terhadap Permintaan Maaf Puan Maharani
Setelah pernyataan Puan mengenai permintaan maaf dan janji perbaikan, berbagai reaksi muncul dari masyarakat. Sebagian masyarakat mengapresiasi langkah evaluasi yang akan dilakukan oleh DPR, sementara yang lain masih merasa ragu akan kemampuan DPR untuk melakukan perubahan nyata. Banyak yang menilai bahwa sudah saatnya ada perubahan substansial dalam cara kerja DPR agar lebih responsif terhadap kebutuhan rakyat.
Namun, ada pula yang berpendapat bahwa permintaan maaf dari Puan hanya sebatas formalitas dan tidak akan membawa dampak yang signifikan jika tidak diikuti dengan tindakan nyata. Beberapa pihak menuntut agar sistem pengawasan dan akuntabilitas di DPR dapat lebih diperketat.
Tantangan DPR ke Depan: Membangun Kepercayaan Rakyat
Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga legislatif sudah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dan itu menjadi tantangan terbesar bagi DPR ke depan. Agar bisa mendapatkan kembali kepercayaan rakyat, DPR harus mampu menunjukkan bahwa mereka bekerja untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
DPR juga harus memperbaiki cara kerja mereka, dengan menanggapi isu-isu sosial, ekonomi, dan politik dengan cepat dan tepat. Salah satunya adalah dengan menyelesaikan RUU yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, seperti UU tentang Perlindungan Pekerja, UU Kesehatan, dan UU Pemberantasan Korupsi.
Penutup: Harapan terhadap DPR yang Lebih Baik
Dengan adanya evaluasi dan komitmen untuk berbenah, diharapkan DPR bisa menjadi lembaga yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya. Masyarakat berharap agar perbaikan yang dijanjikan oleh Puan Maharani dan DPR benar-benar dapat terealisasi, sehingga lembaga legislatif ini bisa bekerja dengan lebih optimal dan mengutamakan kepentingan rakyat.