
Takut Demo Ricuh, Pengunjung Mal‑Mal di Jakarta Langsung Sepi
suluhnusantara.org – Suara magnet mal yang biasanya ramai tiba‑tiba meredup. Sejumlah mal di Jakarta ramai-ramai dilaporkan sepi pengunjung karena kekhawatiran bakal terjadi demo ricuh di pusat kota. Ketakutan atas situasi yang bisa memanas bikin masyarakat memilih stay di rumah atau beralih ke e‑commerce.
Menurut laporan dari Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), mal seperti Plaza Indonesia dan Grand Indonesia yang berada di pusat kota mengalami penurunan pengunjung lebih dari setengahnya saat demo berlangsung. Situasi ini bukan cuma bikin sepi tapi juga bikin rugi besar.
Dampak Langsung Demo Ricuh ke Mal‑Mal Jakarta
Pada pagi hari demo dimulai, beberapa mal masih terlihat normal. Tapi begitu massa mulai memadati jalanan Jenderal Sudirman hingga sekitar Bundaran HI, pengunjung langsung merosot drastis.
Manajer PR Grand Indonesia bilang, “dulu itu jam makan siang mal itu biasanya rame, tapi pas demo hari itu… sepi banget” — itu pengamatan langsung dari lapangan. Sementara itu, menurut APPBI, penurunan pengunjung bisa tembus lebih dari 50% pada hari demo.
Tidak cuma mal-m tertentu, bahkan mal‑mal dengan lokasi cukup jauh dari demo tetap terkena dampak psikologis. Banyak yang memilih tutup lebih awal atau batasi operasional demi menghindari risiko yang tak diinginkan.
Kerugian Ekonomi yang Nyata dan Menghantui
Sepinya pengunjung jelas berimbas ke omzet. Dari sisi pedagang, angka yang hilang bukan cuma sekadar turun sedikit, tapi bisa jadi menukik drastis.
Misalnya, saat peristiwa demo pilpres tahun 2019 yang berujung rusuh, Kadin DKI menyatakan mal dan pusat grosir seperti Tanah Abang alami kerugian hingga Rp1,5 triliun per hari. Dalam konteks demo Jakarta saat ini, meski angka pastinya belum dirilis, para pelaku usaha udah merasakan pukulan yang cukup berat.
Belum lagi, banyak tenant di mal yang terpaksa tutup lebih cepat dan batasi operasional. Konsekuensinya, biaya sewa, gaji karyawan, dan biaya keamanan jadi beban tambahan. Belum tentu bisa tertutup oleh transaksi di akhir pekan atau saat kondisi membaik.
Ketakutan sebagai Faktor Utama Sepinya Pengunjung
Society behavior memang berubah drastis kalau situasi keramaian berpotensi jadi ricuh. Penurunan pengunjung bukan karena mal itu jelek, tapi karena masyarakat memilih menghindar demi keselamatan.
Misalnya, pedagang Pasar Senen juga curhat bahwa pengunjung langsung sepi karena orang takut demo meledak jadi rusuh. Dan tak hanya pasar tradisional, mal modern pun kena imbasnya.
Dampak psikologis ini kadang lebih kuat ketimbang fakta bahwa demo bisa tetap berlangsung damai. Rasa aman jadi prioritas, dan mal di pusat kota sering jadi lokasi yang pertama kali ditinggalkan.
Bagaimana Respons Pengelola dan Harapan Ke Depan?
Meski sepi, sebagian besar pengelola mal tetap buka seperti biasa. Menurut Ketua APPBI di liputan sebelumnya, mereka sengaja tidak tutup karena khawatir bikin panik masyarakat.
Beberapa mal mencoba strategi menenangkan pengunjung— lewat komunikasi publik, jaminan keamanan, atau promo supaya orang tetap datang. Selain itu, pengelola juga sedang berdiskusi dengan aparat keamanan untuk antisipasi dan jaga situasi tetap kondusif.
Tak kalah penting: mal‑mal bisa jadi fasilitator sosial dengan menyelenggarakan event komunitas atau hiburan kecil untuk menggerakkan kembali arus pengunjung, tanpa terlalu fokus jualan.
Siapa yang Paling Terkena dan Siapa yang Tetap Bertahan?
Lokasi jadi faktor penting. Mal di pusat demo (seperti Grand Indonesia dan Plaza Indonesia) paling terkena imbas. Mal di pinggiran Jakarta, seperti Puri Indah Mall, Pondok Indah Mall, dan Arion Mall relatif tetap stabil karena ketakutan masyarakat tidak menyebar ke sana.
Demikian juga, mal yang punya brand lokal kuat atau wadah komunitas punya peluang lebih baik untuk menarik kembali pengunjung, dibanding mal yang hanya fokus desain megah tapi engagement nol.
Penutup – Kesimpulan Singkat
Ketakutan atas potensi kerusuhan demo bikin mal‑mal di Jakarta langsung sepi. Penurunan pengunjung bisa lebih dari 50%, dan kerugian ekonomi yang keluar nyata. Namun, komitmen pengelola untuk tetap buka, membuka komunikasi, dan menjaga keamanan jadi langkah awal agar kepercayaan publik bisa pulih perlahan.
Rekomendasi untuk Langkah Berikutnya
-
Pengelola Mal: Tingkatkan strategi komunikasi dan keamanan, plus manfaatkan event komunitas untuk undang kembali pengunjung.
-
Pemerintah & Aparat: Pastikan keamanan area sekitar dan beri pengertian publik bahwa kondisi aman.
-
Publik: Jika kondisi sudah kondusif, berani keluar lagi ke mal bisa bantu industri retail dan ekonomi lokal.